~*~*~Saudaraku.. Jalan da’wah ini terhampar begitu panjang. Usia da’wah ini bukan terukur dari berapa lama panji Islam di suatu negeri berkibar. Bukan pula diukur dari usia seorang Syekh saat ia hidup, yang ketika ia menemui kematiannya maka juga diiringi matinya da’wah ini. Bukan. Usia da’wah ini seumur dengan lamanya manusia menjadi khalifah di muka bumi ini. Sepanjang masa, hingga tidak ada lagi fitnah yang membahana di muka bumi. Dan dalam menapaki jalan yang panjang itu, seseorang mujahid da’wah tidak akan merasa terbelenggu karena kesendiriannya, atau terasing karena tertinggal jauh di belakang. Betapapun terjalnya medan juang ini, seseorang itu akan tetap memegang bahu yang lainnya, memperkuat barisan demi barisan dengan genggaman tangannya, memperteguh dirinya dengan kuda-kuda yang kokoh, membentuk barisan yang teratur, hingga tercipta sebuah kekuatan jasad dan ruh yang sangat tangguh. Sebuah kekuatan yang bermuara pada kesungguhan dan keikhlasan. Saat ketangguhan fisik mereka menyatu padu dengan ruh mereka yang tegar. Pantang menyerah. Itulah kekuatan umat.
~*~*~"Sesungguhnya Allah Menyukai orang-orang yang berperang di Jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang berdiri kokoh" (Ash-Shaff : 4)
~*~*~Sungguh.. Hanya karena kecintaan pada Allah-lah yang akan mengukir medan juang dengan indahnya. Andaikan kecintaan kepada Dzat Yang Maha Tinggi itu tidak hadir di bilik hati kita, mungkin benih-benih persaudaraan itu tidak akan ada, tercampakkan oleh kedengkian dan permusuhan. Dan andaikan Allah swt tidak menanamkan benih-benih ukhuwah itu, mungkin tidak akan pernah ada kenikmatan dalam berjuang bersama-sama.
~*~*~Ketahuilah.. Rasulullah saw mencintai umat ini. Tidaklah Rasulullah saw senantiasa merintih pada menjelang kepergiannya kecuali merintih lirih memikirkan umat yang akan ditinggalkannya. "Ummati.. Ummati.." Begitu pula saat Rasulullah saw menunaikan Isra’ Mi’raj. Andaikan Rasulullah saw tidak mencintai umat ini, mungkin Rasulullah saw tetap tinggal di Sidratul Muntaha, yang mungkin kalau seorang selain Rasulullah saw yang berada disana niscaya ia akan terlupa dengan segalanya karena terbuai dengan keindahannya. Namun akhirnya Rasulullah saw turun kembali ke dunia, menemui aneka warna kondisi umatnya yang sedikitpun tidak sebanding dengan kenyamanan di Sidratul Muntaha. Ketika anak-anak Tha’if melempari Rasulullah saw dengan batu, tidaklah Rasulullah saw berbalik kecewa melainkan sepenuh hati mendoakan anak-anak yang masih polos itu. Pada suatu ketika Rasulullah saw pernah mendoakan Khalid bin Walid, padahal ia pernah membantai pasukan panah Rasulullah saw di medan perang Uhud. Lihatlah kemurahan hati Rasulullah saat membebaskan rakyat Mekkah –yang dulu pernah mengusir Rasulullah saw- saat ditaklukkan oleh kaum Muslimin. "Pergilah kalian, kalian sudah kumaafkan.."
~*~*~Demikianlah.. Bahwa dalam episode kehidupan seorang Nabi telah terurai kisah-kisah terbaik. Andaikan kita memiliki kesempatan untuk terlahir kedua kalinya di muka bumi ini, mungkin kita memilih untuk terlahir di zaman Rasulullah saw, menyelami makna persaudaraan sedalam-dalamnya, menekuni sisi-sisi kehidupan dengan hikmah dan kesabaran. Generasi yang hidup di masa Rasulullah saw adalah generasi yang unik, yang mungkin hanya sekali dilahirkan di sepanjang masa. Walaupun periode ini jauh sekali dari masa Rasulullah saw, semoga bunga rampai persaudaraannya masih tersisa dan tumbuh subur di masa ini. Persaudaraan ibarat kanopi yang memayungi kehidupan manusia. Sebab kita tidak dapat hidup sebatang kara di dunia yang luas ini. Sebab akan selalu ada saudara yang memberikan pundaknya untuk menahan tangis. Doa-doanya di tengah malam yang tenang akan selalu ada menyerulingkan impian kita. Tekadnya yang membaja akan menularkan semangat baru bagi diri kita. Semangatnya yang bergelora akan membangunkan amalan-amalan kita yang sedang tidur. Nasihat-nasihat terbaiknya akan menyirami kalbu kita. Genggam tangannya akan menguatkan tekad kita dalam menempuh perjalanan panjang. Karena kita semua bersaudara..
~*~*~Akhirnya.. Reuni kehidupan yang paling bermakna bukanlah saat kita bertemu kembali dengan teman-teman seperjuangan setelah perpisahan panjang. Bukan pula saat dimana sepuluh tahun lagi nanti kita berjanji untuk berkumpul kembali di taman kota. Reuni kehidupan terindah adalah saat Allah swt mengumpulkan jiwa-jiwa ini di stasiun kehidupan terakhir. Semoga Allah swt mempertemukan kita pada suatu masa, dimana kekekalannya menjadi sebuah keutamaan, keindahannya menjadi pelipur hati yang tak hingga, dan kesejukannya membawa kedamaian.
~*~*~"..wa alhaqna bihim dzurriyyaatihim.."
~*~*~Dan akan Kami Pertemukan mereka dengan saudara-saudara mereka.. (QS At-Thur : 21)
1 comments:
^^,,,,, !!!!
Baaaaagus Background nya^^,,,, !!!
Post a Comment