Banjarmasin Terbanyak Penderita ISPA



BANJARMASIN – Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Kalimantan Selatan hingga Agustus kemarin sudah mencapai 10.639 warga. Penderita paling banyak ada di Kota Banjarmasin yakni sebanyak 3683 warga. Ironis, 94 persennya adalah bayi dan balita berusia kurang dari satu hingga empat tahun.
Detailnya ada 3496 penderita ISPA pneumonia ringan dan berat berusia kurang dari satu hingga empat tahun. Kemudian penderita ISPA berusia lebih dari lima tahun sebanyak 187 orang. Jika dipersentasikan jumlah penderita ISPA di Kalimantan Selatan, sekitar 34 persen ada di Kota Banjarmasin.
Terbanyak penderita ISPA sendiri yakni Kabupaten Banjar sebanyak 1235 orang. Detailnya, penderita ISPA berusia berusia kurang dari satu hingga empat tahun 1172 orang, sementara yang berusia lebih dari lima tahun 63 orang.
Sementara di HSU terbanyak ke tiga penderita ISPA pada Agustus 2015 kemarin yaitu 1199 orang. Detailnya, ada 1113 penderita ISPA berusia kurang dari satu hingga empat tahun dan 86 yang sudah berusia lima tahun ke atas.
Uniknya di Kota Banjarbaru,  penderita ISPA pada Agustus kemarin lebih banyak yang berusia di atas lima tahun yakni 636 orang. Sementara penderita ISPA bayi dan balita lebih sedikit, yaitu 459 orang.
Menyikapi banyaknya penderita ISPA di Kota Banjarmasin, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kalsel, Benny Rahmadi mengatakan, jumlah penduduk di Kota Banjarmasin terbanyak di Kalsel yakni 645.473 jiwa.
Kemudian jumlah penduduk usia balita (10 persen dari total penduduk) sebanyak 6454 jiwa. Artinya 50 persen lebih bayi dan balita di Banjarmasin pada Agustus kemarin terserang ISPA. “Kenapa lebih banyak dari kabupaten/kota lain, itu karena memang penduduknya banyak,” ucapnya.
Jika dikaitkan dengan kabut asap pekat menurut Benny, Kota Banjarmasin agak berbeda dengan kabupaten/kota lainnya. Kabut asap tidak separah seperti di kota tetangga, Banjarbaru dan Banjar. Kabut asap di Kota Banjarmasin kiriman dari kabupaten/kota tetangga. “Kita lihat titik apinya pun di Banjarmasin sedikit. Kabut asapnya kiriman,” tegasnya.
Dinkes Kalsel sendiri sudah turun beberapa kali di Kota Banjarmasin bersama stakeholder untuk menyikapi banyaknya penderita ISPA di Banjarmasin ini. Walaupun sifatnya hanya penyangga kabupaten/kota, Benny mengaku harus ikut ambil bagian untuk mengantisipasi resiko ISPA tersebut. “Kita sudah lakukan kegiatan seperti pembagian masker dengan bekerjasama dengan stakeholder di Banjarmasin,” pungkasnya yang berharap kabupaten/kota lebih proaktif lagi dalam penanggulangan ISPA di daerah masing-masing.
Kadinkes Banjarmasin Diah R Praswati pun tidak menampik banyaknya penderita ISPA di Banjarmasin jika dibandingkan kabupaten/kota lain. Hal ini menurut Diah karena proporsi penduduk Banjarmasin lebih banyak dibandingkan kabupaten/kota lainnya.
Kemudian menurutnya, jumlah kunjungan pasien ke Puskesmas di Banjarmasin lebih banyak. Hal itu tentu saja memungkinkan jumlah kasus yang terjaring juga lebih tinggi. Namun apabila dibandingkan dengan perkiraan kasus berdasarkan kunjugan pasien, sebenarnya menurut Diah, kasus Kota Banjarmasin masih rendah.
“Target pneumonia 10 persen dari perkiraan balita. Sementara ISPA, 40 hingga 60 persen dari jumlah kunjungan pasien di Puskesmas,” tandasnya.
Terkait penanganannya sendiri, Diah mengatakan, pengadaan masker tahun ini sebanyak 40.000 pcs. Masker ini sudah banyak yang didistribusikan ke Puskesmas. Rata-rata dibagikan sekitar 450 pcs untuk setiap Puskesmas.
Dinkes Banjarmasin berupaya untuk mengantisipasi kemungkinan adanya dampak kabut asap bagi kesehatan. Salah satunya yakni melayangkan surat edaran kepada  26 Puskesmas, untuk melaksanakan kegiatan promotif, preventif serta meningkatkan deteksi dini kasus ISPA di Puskesmas.
“Kami juga telah melaksanakan pertemuan kemitraan P2ISPA yang  dilaksanakan di 26 Puskesmas dengan mengundang lintas sektor terkait seperti pengelola PAUD, Guru TK, orang tua bayi atau balita dan kader,” tandasnya.
Diharapkan melalui media massa juga dapat menghimbau kepada masyarakat untuk tidak membawa anak-anak keluar rumah khususnya pada saat kabut asap. Apabila terpaksa keluar rumah, sebaiknya menggunakan masker atau tutup mulut.
Beberapa gangguan kesehatan yang mungkin terjadi akibat terpapar kabut asap seperti iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan, reaksi alergi dan peradangan. Untuk menghindari akibat gangguan tersebut kata Diah, dengan mengurangi aktivitas di luar rumah khususnya pada saat kabut asap. (*)
Share on Google Plus

About Rama

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments: