NAGARA – Warga Kabupaten Hulu Sungai
Selatan resah. Mereka takut ada lagi bayi meninggal dunia karena menderita
Inspeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Kekhawatiran mereka itu pun beralasan
karena sejak satu minggu terakhir ini Hulu Sungai Selatan diselimuti kabut
asap.
Kabut
asap paling parah di Nagara, Kecamatan Daha Utara dan Selatan. Dua kecamatan
yang masih mengandalkan transportasi air ini diselimui kabut asap sejak sepekan
terakhir. Paling parah saat Hari Raya Idul Adha kemarin.
“Dua
hari paling parah itu, tapi yang paling parah kabutnya pas hari raya. Anehnya
itu, semakin sore bukannya malah menghilang, tapi malah makin pekat,” ucap
Dhani, warga Desa Tambak Bitin.
Warga
pun sangat mengkhawatirkan anak-anak mereka. Setiap harinya dipaksa menghirup
asap. Ironisnya, kabut asap masuk sampai ke rumah. Terutama jika rumahnya
berlokasi tepat di pinggir sungai. “Yang kasihan itu bayi, balita dan
anak-anak. Kasihan mereka bernafas sesak. Jangan sampai ada yang meninggal lagi
karena ISPA ini,” ujarnya.
Pantauan
Radar Banjarmasin, kabut asap pekat memang makin parah menjelang sore hari.
Ironisnya, warga tidak menyadari bahayanya kabut asap ini. Masyarakat masih
banyak yang tidak menggunakan penutup mulut dan hidung ketika mengendarai
sepeda motor. Parahnya lagi ada yang nekat membawa sang buah hati berkendara
tanpa dilengkapi penutup atau masker.
Kemudian
sejauh mata memandang di kanan-kiri jalan menuju Nagara, hektaran lahan gambut
terbakar. Entah sengaja atau tidak, namun asapnya masih keluar dari lahan
gambut. Sebagian lahan yang terbakar, kini ditanami warga kembali dengan aneka
sayuran dan buah-buahan. Di dekat lokasi kebakaran lahan, terdapat himbauan
ancaman pembakaran lahan. Namun sepertinya himbauan tersebut hanya menjadi
hiasan di tengah lahan gambut.
Kabut asap
sendiri tidak hanya menyelimuti kawasan pelosok, namun di perkotaan pun cukup
pekat. Hasilnya, pengguna jalan lebih hati-hati berkendara. Jika jarak pandang
di Nagara sekitar 30 hingga 40 meter, di perkotaan masih bisa terlihat hingga
100 meter.
Dan rupanya
tidak hanya di HSS saja yang diseluti kabut asap. Kabupaten tetangganya seperti
Hulu Sungai Tengah, Utara dan Tapin pun dikepung kabut asap. Menyikapi hal ini,
Bupati Hulu Sungai Selatan Drs H Achmad Fikri MAP pun tidak menampik parahnya
kabut asap di daerah yang ia pimpin.
Bupati
yang dikenal akrab dengan awak media ini mengaku ketika Salad Idul Adha di
Masjid Jami Ibrahim Nagara pun merasakan sendiri keluhan warga di Nagara. “Kami
memberikan sambutan dan himbauan terkait kabut asap ini pada Salat Ied di
Nagara kemarin. Kami mengimbau kepada warga agar menggunakan masker ketika
bepergian dan jangan melakukan pembakaran lahan,” tandasnya kepada Radar
Banjarmasin, Sabtu (26/9) kemarin.
Diakui
Fikri, kabut asap di Nagara dirasa paling parah. Karena banyak kebakaran lahan
dan hutan di lahan gambut. Namun menurutnya ada pula kiriman dari luar Nagara.
Karena itu, ia meminta SKPD terkait seperti Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas
Pendidikan (Disdik) HSS untuk tanggap terkait fenomena kabut asap terutama di
Nagara ini.
“Kami
minta petugas kesehatan untuk standby. Kemudian untuk pendidikan di sana,
Kadisdik sudah mengambil langkah meliburkan sekolah. Atau alternatif lainnya
dengan mengulur waktu jam pembelajaran,” ucapnya.
Menurut
Fikri, siswa di Nagara berbeda dengan sisa di perkotaan. Mereka lebih banyak
menggunakan transportasi air yakni jukung dan kapal. Sementara kondisi sungai
yang diselimuti kabut asap ini tentu saja membahayakan siswa. “Siswa masih
banyak yang menggunakan kapal,” tandasnya.
Pemkab
HSS sendiri sudah membangun posko kabut asap yang di isi lintas instansi
seperti aparatur pemerintahan HSS, Polres HSS dan TNI. Ia pun menegaskan bahwa
jika ada oknum yang sengaja membakar lahan ditindak sekeras-kerasnya sehingga
tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat banyak.
Seperti
diberitakan sebelumnya, data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan, tercatat sejak Januari hingga Agustus 2015 kemarin sudah
10.639 warga terserang ISPA. Peningkatan penderita ISPA ini terjadi di bulan
Agustus 2015 kemarin. Salah satu faktornya karena kabut asap.
Ironisnya,
87 persen dari total penderita ISPA di Kalsel itu adalah bayi dan balita yang
berusia kurang dari satu hingga empat tahun. Totalnya ada 9272 orang di 13
kabupaten/kota Kalimantan Selatan. Sementara penderita ISPA di atas lima tahun
sebanyak 1367.
Dari
sekian banyak penderita ISPA, ada satu yang meninggal dunia. Yakni bayi
perempuan berusia kurang dari satu tahun dari Hulu Sungai Selatan (HSS). Bayi
dan balita ini memang rentan terserang penyakit ISPA.
Data
tahun 2014 menyebutkan, 50 persen jumlah penduduk usia balita (10 persen jumlah
penduduk Kalsel) menderita ISPA. Total temuan penderita ISPA bayi dan balita
tahun 2014 sebanyak 18.820 orang. Jumlah penduduk usia balita sendiri sebanyak
372.469 orang.
Terpisah,
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas
Kesehatan Kalimantan Selatan Benny Rahmadi mengatakan, satu bayi yang meninggal
dunia di HSS sebenarnya tidak lantaran karena ISPA saja, melainkan komplikasi.
“Setelah
kita teliti, ternyata tidak hanya ISPA saja penyebab satu bayi yang meninggal
di HSS, tapi komplikasi,” ujarnya.
Benni
mengimbau dalam rangka penanggulangan penyakit ISPA atau pneumonia ini. Seperti
mengetahui atau mewaspadai pneumonia, influenza, gezala, dan cara penularan
serta pencegahannya. Kemudian melaksanakan perilaku hidup bersih yang dapat
mencegah pneumonia dan influenza.
“Partisipasi
masyarakat di lingkungan sekitar juga sangat membantu. Laporkan bila ada
kecurigaan trerhadap kasus pneumonia dan klaster kepada RT atau RW setempat.
Kita ingin masyarakat membantu penyebaran informasi ini,” tandasnya. (*)
0 comments:
Post a Comment