BANJARMASIN – Makin hari, kabut asap yang
menyelimuti sejumlah kawasan di Kalimantan Selamat makin pekat. Hal ini tentu
saja berdampak pada kesehatan warga Banua. Buktinya jumlah penderita infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA) pneumonia di Kalsel masih marak.
Data
yang dihimpun dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, tercatat sejak
Januari hingga Agustus 2015 kemarin sudah 10.639 warga terserang ISPA.
Peningkatan penderita ISPA ini terjadi di bulan Agustus 2015 kemarin. Salah
satu faktornya karena kabut asap.
Ironisnya,
87 persen dari total penderita ISPA di Kalsel itu adalah bayi dan balita yang
berusia kurang dari satu hingga empat tahun. Totalnya ada 9272 orang di 13
kabupaten/kota Kalimantan Selatan. Sementara penderita ISPA di atas lima tahun
sebanyak 1367.
Dari
sekian banyak penderita ISPA, ada satu yang meninggal dunia. Yakni bayi
perempuan berusia kurang dari satu tahun dari Hulu Sungai Selatan (HSS). Bayi
dan balita ini memang rentan terserang penyakit ISPA.
Data
tahun 2014 menyebutkan, 50 persen jumlah penduduk usia balita (10 persen jumlah
penduduk Kalsel) menderita ISPA. Total temuan penderita ISPA bayi dan balita
tahun 2014 sebanyak 18.820 orang. Jumlah penduduk usia balita sendiri sebanyak
372.469 orang.
Kepala
Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kalimantan
Selatan Benny Rahmadi tidak menampik adanya peningkatkan penderita ISPA di
bulan Agustus kemarin.
“Saat
ini bisa dikatakan Agustusnya puncaknya. Tapi sebenarnya kalau kita lihat di
Puskesmas, ISPA memang kunjungan atau pasien terbanyak di pelayanan kesehatan.
Di mana pun itu, di Kalteng atau lainnya sama,” tandasnya.
Benny mengungkapkan,
kabut asap memang menjadi salah satu faktor meningkatnya jumlah penderita ISPA
di Kalimantan Selatan. Namun selain itu ada faktor-faktor lainnya yang bisa
meningkatkan resiko terjangkitnya pneumonia tersebut, seperti usia di bawah dua
bulan dengan jenis kelamin laki-laki, gizi kurang, berat badan lahir rendah,
tidak mendapatkan ASI memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal,
imunisasi yang tidak memadai, membedong bayi dan defisiensi vitamin A.
Bahkan
karena ISPA ini penderita bisa berujung kematian jika tidak ditanggulangi sejak
dini. Faktor yang meningkatkan resiko kematian itu yakni usia di bawah dua
bulan, tingkat sosial ekonomi rendah, gizi kurang, berat badan lahir rendah,
tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan
kesehatan rendah, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai dan
menderita penyakit kronis.
Ada
sejumlah upaya untuk penanggulangan penyakit ISPA atau pneumonia ini. Seperti
mengetahui atau mewaspadai pneumonia, influenza, gezala, dan cara penularan
serta pencegahannya. Kemudian melaksanakan perilaku hidup bersih yang dapat
mencegah pneumonia dan influenza.
“Partisipasi
masyarakat di lingkungan sekitar juga sangat membantu. Laporkan bila ada
kecurigaan trerhadap kasus pneumonia dan klaster kepada RT atau RW setempat.
Kita ingin masyarakat membantu penyebaran informasi ini,” tandasnya.
Selain
itu juga, segera bertindak untuk mencari pertolongan bila menemukan penderita
pneumonia berat ke sarana pelayanan kesehatan terdekat seperti Puskesmas atau
Rumah Sakit. “Kemudian untuk menghadapi musim kemarau ini, terutama kabut asap
dianjurkan untuk memakai masker agar supaya terhindari pengaruh asap yang
menganggu pernafasan,” ujarnya.
Dinas
Kesehatan Provinsi Kalsel sendiri juga menganggarkan untuk pengadaan masker
kurang lebih sebanyak 100.000 masker tahun 2015 ini. Namun masker yang
dianggarkan provinsi ini sifatnya hanya penyangga kabupaten/kota jika ada
kekurangan atau kehabisan stok.
Namun
saking parahnya kabut asap sekarang, mau tidak mau Dinkes Kalsel ikut bergerak.
Beberapa waktu lalu ungkap Benny, Dinkes membagikan masker di sejumlah lokasi
dengan bekerjasama dengan stakeholder seperti Unlam dan lainnya.
“Kamis
nanti kita juga ada kegiatan di kantor Banjarbaru. Kami akan membagikan masker
kepada pegawai di lingkungan Pemprov Kalsel,” tandasnya.
Seperti
diberitakan sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kalsel DR H Achmad Rudiansjah
MSc meminta Dinkes di semua kabupaten/kota mulai bergerak untuk mengantisipasi
penyakit yang disebabkan kabut asap. “Kita seperti tahun yang lalu meminta
Dinas Kesehatan (Dinkes) kabupaten/kota segera memberikan penyuluhan dan
tindakan,” tandasnya kepada Radar Banjarmasin.
Misalnya
kata Rudiansjah, mencontohkan membuat
masker dari bahan kaos dan membudidayakan untuk selalu memakai. Selain juga,
Dinkes kabupaten/kota segera berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan sekolah
untuk meningkatkan pemahaman dan tindakan pencegahan.
“Kalau
masker sebenarnya bisa dibuat oleh keluarga dari bahan kaos dua lapis. Ini
cukup untuk mengatasi kabut asap dan bisa dicuci. Stakeholder dan masyarakat
juga berperan atas kesehatan keluarganya,” ujarnya.
Cara
ini ungkap Rudiansjah tentu efektif untuk antisipasi dampak dari kabut asap
tersebut. Namun ungkapnya, selain memberikan pemahaman dan penyuluhan tentu
saja Dinkes di setiap kabupaten/kota mendrop masker untuk warganya. (*)
0 comments:
Post a Comment